Rencana Perjalanan dan Cerita Yogyakarta
- GFlasentika
- Feb 25, 2022
- 8 min read
Updated: Mar 6, 2022
Dua hari menuju 2022 dan masih di Yogyakarta bersama geng terbaik untuk traveling (re: keluarga). Jadi, tulisan pembuka di bagian ‘I Travel’, aku ingin sharing itinerary atau rencana perjalanan dan info lainnya tentang trip ke Jogja kali ini.
Aku ingin menjawab beberapa pertanyaan seperti, “kasih tips bikin itin dong… nentuinnya gimana?”, “budgetnya berapa?”, “bagaimana nentuin akomodasi, transportasi, dan destinasi yang sesuai budget?”
Rencana Perjalanan
Sebelum mulai membuat rencana perjalanan, tentunya pastikan terlebih dahulu mau kemana (kota/negara mana). Pastikan juga dengan siapa kita akan pergi karena pemilihan hotel dan destinasi akan menyesuaikan. Let’s say family trip, sekarang ini buatku sudah tidak mungkin lagi untuk pergi ke lokasi yang kurang friendly seperti jalanan yang menanjak.
Selain itu, aku harus plotting tabungan juga untuk liburan karena saldonya tidak (atau belum) unlimited. Memangnya butuh budget berapa sih untuk ke Jogja total lima hari;empat malam? Lanjut baca ya untuk tahu. 😉
Sambil nunggu tabungannya terkumpul, bisa eksplor lokasi-lokasi kece yang sesuai preferensi di sosial media (Instagram), jangan liatin akun gosip mulu hey. Bisa lihat akun-akun @explore- (you know what) atau influencer setempat —let’s say @depapepe yang kontennya mostly about Jogja atau kesayanganku kak @janandary_ yang selalu punya tempat baru untuk masuk ke dalam listku. Bisa juga dari tagged location yang berarti bisa lihat preferensi dari banyak akun. Anyway, please, DM me on my IG if you have another account to look up for traveling in Indonesia and such yaa!
Setelah daftar tempat-tempat yang ingin dikunjungi atau kuliner yang mau dicoba sudah di tangan, langsung buka google maps untuk memetakan rute perjalanan dan kemungkinan sewa kendaraan. Be flexible with it and have some plans about it.
Selain destinasi, memilih transportasi dan akomodasi juga perlu diperhatikan. Maksudnya, pesan kamar dan tiket transportasi/destinasi saat promo. Bandingkan semua e-commerce penyedia dan pilihlah yang penawarannya terbaik alias best deal. Tapi, tidak perlu repot kalau teman-teman keturunan Sultan. Kalau aku sih ya, so far, masih repot melakukan hal-hal barusan tentunya.
Selain cek promo dan jarak tempuh di google maps, hal-hal dasar yang perlu diperhatikan ketika sudah tahu tujuan adalah cek jam operasional dan ketentuan lainnya, seperti: apakah harus reservasi? Apakah tempatnya buka di tanggal yang kita rencanakan (kalau pergi di tanggal-tanggal perayaan agama, seperti natal ini)? Bisa juga kontak admin terkait via DM Instagram dan reconfirm ke orang sekitar sebelum ke tujuan. Satu tujuanku di Jogja kali ini juga batal dikunjungi karena informasi di google yang tidak terupdate. Last but not least, aku juga cek prakiraan cuaca dan memilih tanggal dengan cuaca terbaik terutama di hari-hari yang lokasinya outdoor. Meskipun ramalan bisa kurang akurat, harapannya bisa sesuai. Lucky me, I got them all perfectly and enjoyed Yogyakarta so much!
Yogyakarta
Yogyakarta adalah satu kota dimana aku bisa kembali, kembali lagi, dan selalu kembali. Entah untuk destinasi yang sama maupun tempat baru. Inilah hal-hal yang aku lakukan, kunjungi, dan cicipi selama di Jogja.
Hari Ke-1
🚂 Kereta Api dari Cirebon menuju Yogyakarta
🏨 Kotta Go Hotel
🍽 Makan siang di Lombok Idjo (seberang hotel)
🍦 Es krim: Milk by Artemy
😎 Jalan-jalan sore di Malioboro
🍜Makan malam Bakmi Pele
Berangkat dengan kereta pagi dan sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta saat waktu makan siang itu pilihan terbaik karena masih ada sisa setengah hari untuk pergi ke beberapa tempat. Meskipun di kereta hanya ngemil-tidur-netflix and repeat, tapi di hari pertama ini aku tidak begitu terlalu ambisius kesana-kemari, cukup di sekitar hotel dan bisa dikunjungi dengan berjalan kaki. Setelah early check-in di Kotta Go Hotel yang sebenarnya cuma titip koper karena belum bisa masuk kamar, kami makan siang di Lombok Idjo yang lokasinya di seberang hotel.

Lalu, jalan sedikit lewat belakang restoran untuk sampai ke Milk by Artemy untuk icip-icip gelato. Dari segi tempat, gelato ini cukup kecil tapi tentunya estetis dengan sentuhan bangunan warna putih bersih dan tanaman-tanaman hijau di setiap sudut. Untuk gelatonya itu sendiri, menurutku ini bukan gelato nomor satu yang ada di daftar favoritku. Ini preferensiku aja, tapi aku memang lebih suka gelato yang lebih padat dan kenyal. Silakan dicoba dan nilai sendiri, ya!
Sore hari kami habiskan dengan jalan-jalan di sekitar Malioboro lalu jalan ke alun-alun Yogyakarta untuk sampai ke Bakmi Pak Pele. Aku rekomendasikan teman-teman untuk coba pesan yang goreng!
Hari Ke-2
🍮 Lupis mbah Satinem
🏔 Kebun Buah Mangunan
🍡 Lunch at Sate Klathak Joglo
🏜 Gumuk Pasir
🌅 Sunset at Bukit Parangtritis
🥘 Gudeg mercon mbak Yuni
Bangun subuh seperti biasa tapi kali ini pukul 05.00 harus sudah keluar hotel kemudian belok kanan sedikit untuk mencoba jajanan tradisional Lupis Mbah Satinem. Tepatnya si Mbah ini akan gelar jajanannya di pelataran Optik Yogya atau seberang Lombok Idjo. Si Mbah jadi alasan kuat kakakku untuk mengajak kami menginap di Kotta Go, selain karena hotel di sekitar Malioboro penuh atau harganya tidak masuk budget kami (atau, budgetku saja lebih tepatnya). Sayang sekali, pagi itu ternyata Mbah belum datang. Kami memutuskan jalan pagi dan kembali pukul 05.30 dimana sudah ada beberapa orang menunggu si Mbah yang belum datang juga! Tak lama, Mbah datang dibonceng anak laki-lakinya. Disaat itulah kita harus segera ambil kartu antrean dari asisten si Mbah, kalau tidak kita tak akan dilayani. Wah, betul-betul luar biasa lupis Mbah ini.

Mbah Satinem ini masuk di dalam film dokumenter Netflix sehingga tak heran kalau lupisnya jadi idola alias antrian panjang sekali. Bukan hanya perihal rasa, tapi proses Mbah dalam melayani dan menjumputi bahan-bahan jajanan pun jadi salah satu daya tarik lupis Mbah. Tak sedikit juga pembeli mengajak Mbah ngobrol sambil Mbah terus menyelesaikan pesanan. Sampai agak lelah menanti giliranku karena setiap antrean tidak dibatasi maksimal pembeliannya. Satu orang bisa memesan 10 bungkus dengan kecepatan Mbah yang sudah terbatas. Maka dari itu, untuk kaum lapar jangan khawatir karena di sebelah si Mbah ada bapak penjual gudeg dan risol. Bukan hanya itu, mbok jamu juga ada untuk meramaikan trotoar.
Di sisi lain, penduduk lokal hanya bisa terheran-heran kenapa orang rela antre lupis Mbah yang sebetulnya katanya rasanya sama saja dengan lupis lain. Karena aku tidak mencoba lupis lain di sana, aku tidak bisa mengiakan hal itu. Yang jelas, lupis si Mbah (atau lupis Jogja) memang memiliki cita rasa dan aroma yang beda dengan yang biasa kumakan di Cirebon/Bandung. Cobain, deh.
Selesai mengabulkan rasa penasaran dengan lupis Mbah Satinem dan sarapan di hotel, kami memulai segmen “bolang” kami alias jalan-jalan ke destinasi-destinasi pilihan. Malamnya, aku sudah terhubung dengan sopir dari Sabila Transport tempat menyewa mobil. Feel free untuk diskusi dengan mas sopir untuk mengecek rutenya aman secara waktu, tempatnya buka tidak, dan hal lainnya. Oya, aku menyewa mobil Avanza fasilitas lengkap (sopir, makan sopir, bensin) dengan membayar Rp 250,000/12 jam.

Tujuan pertama kami adalah kebun buah mangunan –yang tidak ada buahnya sama sekali. Sempat kuceritakan juga di instagram story, waktu favorit untuk para pengunjung adalah saat matahari terbit alias sunset view dengan tagline ‘negeri di atas awan’. Tapi, hari itu kami memutuskan untuk datang siang hari. Dengan langit yang cantik, cerah, dan angin yang bertiup, asyik juga menikmati pemandangan dari atas.
Setelah mata dan jiwa merasa puas dengan pemandangan, perut juga meminta dibuat puas dengan sate klathak sesuai rencana perjalanan. Kali ini kami makan di rumah makan yang mungkin underrated di mata wisatawan setelah berkali-kali mencoba peruntungan Sate Klathak Pak Pong di tahun yang berbeda tapi setelah penuh. Sekali lagi, atas rekomendasi warga lokal (sopir), kami makan di rumah makan yang tidak begitu ramai namanya Sate Klathak Joglo. Jangan salah, sate dan tongsengnya enak sekali!
Sore harinya, kami ke daerah pantai untuk mengunjungi gumuk pasir dan bersantai di tebing pantai Parangtritis untuk menikmati pemandangan matahari terbenam. Seluruh meja hampir dipenuhi muda-mudi lokal dengan pesanan sederhana tapi nikmat semacam mie goreng, pisang goreng, dan lain-lain.
Kami tidak memesan apa-apa karena malamnya kami berencana mencoba gudeg mercon mbak Yuni yang jaraknya dekat dengan hotel. Begitulah kami menghabiskan hari kedua kami dengan rasa senang.
Hari Ke-3
🏘 Studio alam gamplong
🍽 Lunch at Suwatu (reservation needed)
🛕 Prambanan & Sewu Temple
🍦Tempo Gelato
🏨 Adhisthana Hotel
Studio Alam Gamplong adalah pilihan pertama kami di hari ketiga. Kalau tidak salah, kami pergi di hari Senin yang berarti jam bukanya pukul 09.00 WIB. Saranku, sampailah ke tujuan di jam pertama buka. Kami agak telat dan rombongan satu bus sudah jadi “saingan” kami. Tapi, tidak begitu khawatir karena tempat ini cukup luas untuk memisahkan diri dan berkeliling dengan cukup leluasa. Menyenangkan juga bisa mengunjungi studio yang menjadi tempat syuting film-film terkenal Indonesia karya Hanung Bramantyo.
Butuh kurang lebih satu jam untuk mengelilingi seluruh area, naik tram, dan berfoto. Kami juga sudah janjian dengan sopir untuk segera meninggalkan tempat karena butuh beberapa waktu untuk sampai ke tempat siang kami yang harus direservasi. Artinya, kami sudah membayar penuh dan akan rugi kalau tidak datang tepat waktu. Ya, kami makan siang di Suwatu by Mills & Bay.
Seperti yang sudah aku lihat di sosial media, jalan menuju tempat makan ini memang tidak begitu mulus. Itu tidak jadi hal yang memberatkan karena tahu biasanya ‘perjuangannya’ akan sebanding dengan pemandangan yang menyenangkan mata. Tidak ada petunjuk jalan sampai 2-3KM menuju restoran. Sempat tersasar dan GPS kehilangan sinyal, akhirnya kami menemukan penunjuk arah yang ukurannya sangat kecil untuk membantu kami menemukan tempatnya.
Untuk detail pemesanan, semua bisa didapat jika menghubungi kontak WhatsApp restorannya langsung. Yang kupesan adalah paket buffet Sojiwan untuk makan siang di jam 11.00-14.00. Karena telat, kami memutuskan makan dulu kemudian foto-foto setelahnya. Sudah sering belajar dari pengalaman-pengalaman kurang mengenakkan, keterlambatan kami malah bikin kami puas foto-foto tanpa harus minta bergantian dengan pengunjung lain ataupun latar foto yang betul-betul kosong tidak ada orang lain. Jadi, kalau melihat betapa kosongnya hasil foto kami, bukan berarti restoran ini tidak laku yaa. Malahan, aku gak dapat waktu makan malam yang katanya cantik sekali sunsetnya. Selain itu, biasanya ada pertunjukkan tari dan gamelan kalau reservasi di weekend. Tapi, tak apa… Makanannya yang enak dan pemandangan kota Jogja dan candi Prambanan sudah sangat cukup melengkapi hari ketiga kami. Menyenangkan sekali.
Menjadi jauh lebih lengkap setelah kami tiba di Prambanan & Candi Sewu. Jujur, ini pertama kalinya aku berkunjung ke Prambanan dan yang lain mengindahkan keinginan aku. Di bagian candi Prambanan terlihat cukup padat pengunjung. Karena ini liburan pertama kami di masa pandemi, kami jadi enggan. Setelah mencoba mencari tahu, kami memutuskan menyewa mobil golf untuk mengelilingi seluruh area candi. Bukan hanya candi Prambanan, kami juga jadi melihat candi-candi lain dan mendengarkan sejarahnya dari sopir.
Satu hal yang kami baru ketahui, lapangan utara Prambanan adalah tempat yang asyik dan luas untuk menghabiskan waktu. Tidak banyak wisatawan di sana karena kebanyakan dari mereka akan sudah lelah berjalan sebelum sampai ke lapangan utara –apalagi sampai bisa mengitari candi lainnya. All in all, aku bisa bilang menyewa mobil golf adalah sebuah pilihan yang menarik!
Jogja siang itu sangat cerah dan kami tidak memilih untuk menunggu matahari terbenam di candi Sewu (katanya sih tempat favorit para bule). Butuh penyegaran, kami mlipir ke Tempo Gelato –gelato paling favorit dari dulu! Oya, kami juga sekalian pindah hotel dan kali ini sengaja kami menginap di hotel yang lokasinya sangat dekat dengan Tempo Gelato.
Rasa favoritku di tahun ini adalah black coffee dan cheese! Duh, bukan cuma rasa, es krim gelatonya Tempo itu teksturnya padat dan kenyal. Harganya pun bersaing dan bahkan malah lebih bersahabat dibanding tempat lain. Perfecto.
Lalu, hotel apa yang recommended untuk menginap kalau ingin bisa bolak-balik mengunjungi Tempo Gelato? Namanya Hotel Adhisthana. Sebetulnya, Adhisthana bukan hotel terdekat namun kali ini aku masih memilih Adhisthana karena nuansanya klasik dan tenang dengan sentuhan batik dan alam.
Hari Ke-4
🥗 Lotek Colombo Bu Bagyo (Gofood)
🛍 Malioboro & Bakpia 25
💍 Henju by Gracy
☕️ Kebon Ndalem Coffee and Eatery
🍦Tempo Gelato
Di hari keempat, kami mencoba Lotek Colombo Bu Bagyo untuk sarapan dengan jasa pengiriman ojek online. Jogja pagi hari selalu hujan kemudian cerah mulai pukul 09.00 seperti semesta memberikan kesempatan untuk aku santai-santai lalu berenang di kolam renang hotel sebelum siap plesiran lagi.
Memang, liburan kali ini terasa santai tanpa banyak tujuan karena memang kesepakatan kami begitu. Kami kembali lagi berkeliling Malioboro, makan pecel sebagai kewajiban, dan berburu bakpia: Bakpia 25 untuk rasa kacang hijau, Bakpia Tugu dan Bakpiaku untuk rasa kejunya. Recommended! And revisiting the gelato ice-cream shop is definitely not a sin. Sudah lama tidak, kan ya?
Sehari sebelum pulang, aku mampir ke Henju offline store untuk memperbaiki dan membersihkan gelangku –produk Henju keduaku yang sudah kupunya sekitar dua tau tiga tahun lalu. Ternyata tidak bisa ditunggu, jadilah barangnya dikirimkan keesokan harinya menggunakan ojek online.
Sore terakhir di Jogja kami habiskan dengan berjalan kaki kira-kira 10 menit di saat kami sebetulnya sedang agak mager alias malas gerak. Temanku yang tahu tentang ini pun tentunya heran dengan kami si keluarga hobi jalan-jalan. Malas gerak saja malah jalan kaki. Tujuan terakhir kami di hari itu adalah Kebon Ndalem Coffee and Eatery yaitu kafe yang letaknya persis di perempatan Tugu Jogja. Maksud hati ingin duduk di lantai atas bagian luar tetapi gagal. Kafe ini penuh. Bahkan mereka memfasilitasi sistem reservasi dengan minimum pembelian yang lumayan. Saat itu, meski penuh kami dapat meja di dekat jendela yang mana jadi sebuah keberuntungan karena masih bisa menikmati pemandangan Tugu dengan langit sore dan suasana kafe yang juara. Sedangkan, menunya bisa dibilang standar dengan harga yang di atas standar Jogja. Namun, tetap bisa coba berkunjung untuk mencicipi hangatnya sore di Tugu Jogja!

Klik di bawah ini untuk lihat pemandangan Tugu Jogja dari kafe.
Hari Ke-5
🍦Tempo Gelato
🚂 Yogyakarta to Cirebon Train Station
Tidak bosan tentunya ke Tempo Gelato —justru aku jadikan sebagai penutup cerita manis tentang Jogja yang menenangkan dan menyenangkan.
Sampai jumpa, Yogyakarta.
Comments