(Not All) Interpersonal: As It is #30dayswritingchallenge

#30dayswritingchallenge

Day 7: favourite movie

Hello! I came up with an anthology series instead for today’s topic! Pardon me.

Nosedive, an episode of Black Mirror popped up in my mind as I’m writing this. It is one of the movies with a guessable plot, not providing trivia and making my head hurt to think of the possible upcoming storyline, yet to be an amiable reminder. This one of my favourite movies tells us to follow ourselves, not society. I like the part telling, “I don’t even do anything” when Lacie (the main character) was given 2 stars from a total stranger.

Yea, that’s life, I perceive. Siapapun, bahkan orang yang gak kita kenal sama sekali, selalu punya kesempatan untuk gak suka sama kita sekalipun tanpa alasan. Tentunya, manusia baik gak akan menggunakan kesempatan itu. Wasting time, uh huh?

I love the idea of “being yourself”, said a woman truck driver to Lacie. With a highlight, still, we need to be thoughtful of what we want to say and do. We are not alone in this world. We are in an interpersonal relationship with everyone else which we cannot deny and need to keep facing.

Selain ketidaksukaan yang gak beralasan dan harus mencintai diri sendiri di atas yang lain, dari serial antologi ini juga diingatkan kembali tentang membalas keburukan orang lain dan hal ini yang terjadi terus menerus di dalam episode. Dan itulah yang terjadi di antara manusia sampai sekarang. Betapa banyak yang masih didominasi rasa balas dendam. Sangat disayangkan memang...

Not least of all, adalah tentang ekspektasi. Membahas pertemanan Lacie dengan salah seorang (yang katanya) sahabat -diaadalah Nay. Keduanya menaruh ekspektasi pada satu sama lain dengan kepentingan pribadi. Di sini sangat menyedihkan, terlihat jelas kalau Nay hanya berteman dengan seseorang yang ‘bintang’nya sama dan si pemeran utama tentunya gak terima ketika Nay membatalkan undangan karena bintang Lacie sudah tidak sama dengan dia. Di sisi lain permasalahan ini, Lacie sendiri secara gak sadar bahwa dia juga datang jauh-jauh ke tempat Nay untuk mengejar ‘bintang’, bukan karena perasaan sayang seorang teman. Ironinya, dengan ketidak adanya ketulusan itulah mereka jadi saling menyalahkan. Dengan ekspektasi yang dipatahkan, sangat wajar kalau kita menjadi emosi dan tentunya si pemeran utama seperti itu yang kemudian menjadi another lesson to learn. Amarah gak menyelesaikan apapun. Dari salah satu buku yang ku baca (lupa judul tsk-tsk), you are even allowed (or even MUST) to just go to sleep after a bad day, calm your mind and heart and find a solution the next day.

To wrap up, I have this from a book “The Courage to Be Disliked” by Ichiro Kishimi.

“Wishing so hard to be recognized will lead to a life of following expectations held by other people who want you to be “this kind of person.” In other words, you throw away who you really are and live other people’s lives. And please remember this: If you are not living to satisfy other people’s expectations, it follows that other people are not living to satisfy your expectations. Someone might not act the way you want him to, but it doesn’t do to get angry. That’s only natural.”