A Memory #30dayswritingchallenge

#30dayswritingchallenge

Day 3: a memory

Bandung, 2018.

23 tahun: pertama kalinya aku kehilangan -ditinggal pergi ke surga. Bermula dari pertemuan singkat di 2016 untuk kemudian menyertaiku ke hidupnya walaupun hanya mengambil bagian keciiiil sekali. Dan kini, bahkan aku bukan siapa-siapa.

Gaya bicaranya tegas, tapi menggemaskan kalau sudah bermanja dengan jagoan-jagoannya. "Nak", "sayang" adalah andalannya untuk menghangatkan hati kami. Dan sebaliknya, pasti langsung tersenyum malu kalau dipuji.

Tangan yang menggandengku itu sulit dilupakan. Kebaikannya apalagi.

"Ayo antar ghea pulang dulu."

"Gheanya mana?"

"Mau beli lipstick juga, ghea?"

"Ayo pilih juga bajunya."

"Mau pada makan apa?"

"Lucu sekali foto kecil ghea."

"Mama mau makan yang hangat hangat gitu."

"Mama namakan ghea sukasah di hp mama. Gak tau kenapa, suka aja."

"Ghea, fotokan ibu disini."

"Kalian nonton apa? Mama juga nonton tapi film lain."

"Selamat lebaran juga ya, nak."

"Mama sudah sampai rumah, sayang,"

dan kini sekarang sudah sampai di rumah terindah yang abadi ya, ma. Sudah waktunya istirahat dengan tenang dan damai sambil menanti doa-doa tertumpah untukmu. Jelas, doa-doa ini semakin kuat di hari-hari berikutnya setelah duka itu, sebab tersampaikan juga isi hatimu yang belum pernah ku dengar langsung... "Mama suka Ghea."

Semoga bukan tangis yang mama lihat dari mereka dan aku. Dari sana, aku yakin mama bisa melihat mereka menjadi juara di bumi ini —semata-mata untukmu. Walau terpisah, doa mereka dan doaku akan menyatu bersama di satu tempat indah untuk mama yang akan selalu diaamiini semesta.

Semoga tenang di sisi-Nya, mama Aida. Surga terbaik untukmu. Aamiin. 🤲🤍